MENGUAK DAPUR PENERBIT MAYOR
PELATIHAN BELAJAR MENULIS PGRI
Pertemuan ke-20
Resume ke-20
Jumat, 01 Juli 2022
Judul : Menguak Dapur Penerbit Mayor
Narasumber: Edi S. Mulyanta
Moderator : Rosminiyati
Bismillahirrohmanirrohiim
Siap-siap mengikuti kegiatan via WhatsApp ..yaitu Belajar Menuli PGRI asuha Om Jay dan tim solidnya. Walau ada ganguan sedikit , ada tamu...tak apa..setelah tamu pulang ..lanjut solat Isa' dan lanjut lagi duduk manis sambil buka laptop dan nyimak WA masuk. tentunya dari WhatsApp "Belajar Menulis Gelombang 25-26 PGRI. dan Alhamdulillah kegiata sudah di mulai dengan diawali pembukaan yang berupa sapaan dari moderator Mbak Rosminiyati untuk peserta dan dilanjutkan sapaan kepada Pemateri Bapak Edi S. Mulyanto.
Kalimat pengantar dari moderator sebagai penyemangat peserta
Malam ini, Narasumber kita Bapak Edi S. Mulyanta, S.SI,., M.T. akan membahas materi dengan topik Menguak Dapur Penerbit Mayor.
Jika kita sampai diajak masuk ke dapur, artinya kita adalah keluarga dekat yang tentu saja tidak ada rahasia tentang resep utama dalam jurus-jurus penerbitan buku di Penerbit Mayor ini.
Oleh karena itu, silakan simak baik-baik materi yang akan disampaikan oleh Narasumber agar dapat menjadi jalan bagi Bapak/Ibu sebagai penulis buku Penerbit Mayor. 📖✍️🌹
Setelah membuka acara pelatihan dilanjutkan mengrnalkan Moderator malam ini.
CV Bapak Edi S. Mulyanta
Nama : Edi S. Mulyanta S.Si, M.T.
Jabatan : Manager Penerbitan Andi Publisher
Tpt/Lhr : Jogjakarta/Tgl Lhr : 24 Mei 1969
Status : Menikah
Istri : Retna G.
Anak : 1. Nindita Saheka Ramadhani 2. Raditya Rizky Duanda (alm) 3. Naditya Tertia Alfarizky
Hobby : Membaca, Menulis, Olah Raga, Musik
Fb : https://www.facebook.com/edis.mulyanta
Weblog : https://www.pbuandi.com http://bukudigital.my.id http://ebukune.my.id
Pendidikan
1. S1 Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 1994
2. S2 Magister Teknologi Informasi Fak. Elektro UGM Yogyakarta 2006
Riwayat Pekerjaan
- Staff LitBang Komputer PT. Wahana Semarang 1994-2000
- Staff EDP PT. Sanggar Film Semarang 1995-2001
- Dosen dan Ka. Lab. Komputer STMIK Proactive Yogyakarta 2000-2001
- Dosen Tamu Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta 2001
- Staff Net Business PT. Bayu Indra Grafika Yogyakarta 2001
- Staff Litbang Penerbitan ANDI Jogjakarta 2002-2003
- Operasional Penerbit ANDI Jogjakarta 2004 – 2019
- Publishing Consultant & E-Book Development Penerbit Andi 2020- Sekarang
- Founder Pasar Buku Digital ebukune.my.id dan bukudigital.my.id 2020 – Sekarang
- Dosen Tamu Mata Kuliah Tipografi Dasar dan Tipografi Aplikasi, Universitas Esa Unggul Jakarta, 2021
- Dosen Tamu Penguji Tugas Akhir Fakultas Desain dan Industri Kreatif Universitas Esa Unggul Jakarta, 2021
2 Tahun Pandemi sungguh merupakan masa terberat selama karier saya mengelola penerbitan buku
(Menurut Beliau)
Tahun 2019 merupakan tahun yang paling berat dalam dunia penerbitan buku, karena perubahan teknologi betul-betul seperti bayang-bayang kelam yang dapat melahap dunia penerbitan buku di Indonesia bahkan di dunia.
Ditambah serta diperparah lagi dengan pandemi Covid yang menambah luluh lantaknya industri penerbitan di Indonesia
Beruntungnya sebelum pandemi, pemerintah telah mengeluarkan undang-undang perbukuan yang mencoba format baru digital untuk dapat dikembangkan di dunia perbukuan Indonesia.
Dunia penerbitan yang saat ini di bawah IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), menjadi was-was dan memandang cukup berat tantangan ke depan dunia cetak dan produksi buku. Undang-undang no 3 th 2017 tentang sistem perbukuan, telah memberikan isyarat yang tegas akan hadirnya format media digital yang telah diberikan keleluasaan untuk secara bertahan menggantikan dunia cetak. Dipertegas lagi dengan keluarnya Peraturan Pemerintah no 22 yang keluar pada tahun 2022, telah memberikan petunjuk secara tegas untuk memberikan arah ke dunia digital di penerbitan.
Data-data pemasaran tidak pernah bohong, bahwa beberapa buku dengan tema yang khas ternyata masih sangat baik di pasar. Nah para penerbit saat ini sedang gencar untuk tetap mempertahankan lini bisnis, yang memang telah teruji oleh perubahan jaman. Hal ini memang membutuhkan dana yang luar biasa besa untuk mencoba menggali lebih dalam pasar-pasar buku yang tidak tergoyahkan dengan perkembangan teknologi yang begitu gencar. Di dalam dunia Start-up dikenal dengan strategi bakar uang, nah di penerbit-penerbit masih mencoba untuk melakukan beberapa penelitian tema yang masih tetap baik di pasar.
Tema yang menjadi primadona ke depan adalah berkaitan dengan kurikulum baru Merdeka
Belajar
Tema buku yang menjadi andalan Toko Buku saat ini adalah tema buku non teks, seperti buku Anak, Buku Motivasi dan Agama, Fiksi, hingga buku Masak yang masih nangkrin di 10 besar data buku terlaris di setiap toko buku di Indonesia.
Yang menjadi permasalahan klise di dunia penerbitan adalah masalah modal beserta pembiayaan produksi buku yang cukup besar nulainya dalam sebuah proyek terbitan satu judul buku.
Maraknya penerbitan indi ini ternyata memicu permasalahan yang lain yang belum pernah terjadi selama saya berkarier di dunia penerbitan yaitu menjadi langkanya nomor ISBN di perpustakaan nasional.
Geger ISBN pun menjadikan permasalah literasi di Indonesia menjadi sorotan dunia. Begitu besar semangat untuk menulis di Indonesia menjadikan nomor ISBN pun tidak kuasa menerima energinya. Apakah benar begitu? Ternyata ada anomali yang tidak wajar terjadi didunia perbukuan di Indonesia. Wadah ISBN yang biasanya tersedia dengan mudah untuk mendapatkannya, saat ini menjadi nomor mewah yang cukup sulit untuk mendapatkannya. Mengapa bisa demikian, hal ini karena dipicunya keinginan menulis buku hanya untuk mengejar angka kredit semata, tidak memikirkan apakah tulisan tersebut disebarluaskan ke masyarakat seperti amanat undang-undang perbukuan 2017.
Manfaat ISBN dari presentasi perpustakaan nasional tentang fungsi ISBN
Jawaban Narasumber
1. Penerbit mengalihkan jualannya ke jualan online, sehingga banyak market place yang kami gunakan untuk menyalurkan produksi buku yang sudah tercetak. Saluran pemerintah masih cukup kuat untuk menopang cash flow penerbit. Tentunya penerbit yang mempunyai modal judul buku yang banyak, lebih mudah bertahan. Kami mempunyai sekitar 50rb judul terbit sehingga lebih leluasa memilih atau meramu judul buku untuk proyek pemerintah.
2. Pemasaran buku digital sangat berbeda dengan buku fisik. Contohnya di www.pbuandi.com ini adalah model katalog sederhana pemasaran buku digital. Sayang masih banyak pembaca yang belum familiar dengan transaksi buku digital.
3. Buku yang tidak mempunyai ISBN memang akan mendapatkan angka kredit yang kecil
tentu hal ini merugikan penulis yang bertujuan untuk mendapatkan jenjang akademik dari menulis buku
4. ada nomor pengganti isbn yang disebut dengan GGKEY yang dikeluarkan oleh Google, sayang nomor ini belum diakui untuk mendongkrak angka kredit. GGKEY hanya berurusan dengan identifikasi buku yang akan dijual menggunakan platform GOOGLE.
dan masih banyak lagi pertanyaan yang disampaikan oleh peserta. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat disimpulkan bahwa minat menulis dari bapak ibu peserta sangat tinggi/.
dan Jawaban dari Narasumber sangat menambah informasi tentang dunia percetakan buku.
Saran narasumber
Pandemi tampak seperti ruang gelap tidak ada celah, akan tetapi jika kita menengadah ke atas, ternyata masih ada setitik cahaya yang dapat kita gunakan untuk penunjuk arah. Penerbit-penerbit saat ini masih berjuang untuk hidup, sehingga calon-calon penulis tidak perlu gundah karena tulisan bapak ibu pasti akan berlabuh .. jika kita tekun dan tabah melihat cahaya petunjuk tersebut.. salam hormat dan sehat selalu.
Alhamdulillah mendapar materi yang sangat bermanfaat tentang dunia percetakan buku.
Semoga dapat terlaksana keinginan untuk memiliki buku sendiri.
Palangka Raya, 01 Juni 2022
Rumiati, edisi belajkar menulis
Komplit sampai ke pertanyaan nya disajikan tuntas sama bu rumiati. Keren buu
BalasHapusSemangat lanjutkan Warna putihnya bisa dihilangkan Bu rum
BalasHapus